Jumat, 30 Oktober 2009

Menata Hati


Orang yang berhasil menata dan merawat hatinya dengan baik, berarti dia telah berhasil menemukan jalan menuju kebaikan.
Dia memiliki kegigihan dan keteguhan hidup yang tidak dapat digoyahkan oleh rayuan apapun.
Gemerlapnya perhiasan dunia tidak menjadikan dia surut untuk beribadah.
Gelar dan jabatan tidak menyebabkan dia bersikap angkuh dan sombong serta berbuat semena-mena terhadap bawahannya.
Kakinya ringan melangkah menuju kebajikan, berat melangkah menuju kemaksiatan.
Dua matanya terfokus pada kebesaran dan keagungan Allah, terpejam dari pandangan seronok.
Tangannya ringan untuk mensedekahkan sebagian harta yang dititipkan kepadanya. Dititinya tahapan kebajikan untuk mengais rahmat Allah.
Hatinya selalu terpikat dan memendam rasa rindu ingin bertemu Allah. Kecintaan dan kerinduan kepada-Nya mengundang dirinya untuk rajin beramal shaleh.
Ibadah dilakukan dengan khusyu’. Hatinya bergetar dikala mendengar asma Allah dilantunkan. Sementara itu, dia akan berusaha mati-matian untuk menepis riya, dengki, ujub, takabbur, dan sifa-sifat tercela lainnya bersarang di dalam hatinya.
Sungguh beruntung orang yang memiliki hati yang bersih.

Postingan by Ryan Bayu

Sabtu, 24 Oktober 2009

Rasa Syukur

Assalamu`alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Hidup ini akan terasa susah jika kita menjalaninya dengan keluh kesah. Dan hidup ini akan menjadi indah bila kita isi hari-harinya dengan syukur atas karunia Allah yang diberikan. Sesak memang ujian hidup disikapi dengan ratapan penyesalan dan keluh kesah, bukannya masalah tambah terang, namun malah bertambah runyam. Sebaliknya hati akan tenang ketika rasa syukur mampu kita hadirkan dalam perjalanan hidup ini.

Allah SWT telah berjanji akan menambah nikmatNya jika kita bersyukur dan memberi suatu peringatan akan siksaNya yang sangat pedih atas sifat kufur nikmat kita. (QS. Ibrahim:7). Nikmat yang Allah SWT karuniakan untuk kita tak terhitung jumlahnya. Kalaupun kita mau menghitungnya, otak kita tidak akan mampu. Sebut saja organ-organ tubuh kita. Jantung yang memompa darah sepanjang hari, tak istirahat meski 5 menit, waktu tidur pun jantung tetap bekerja. Paru-paru mengolah gas-gas yang diperlukan tubuh kita (misal Oksigen) dan membuang gas-gas beracun ke udara bebas kembali (misal karbondioksida). Panca indera yang memudahkan kita beraktivitas mencukupi kebutuhan kita. Semua menunjukkan kasih Allah SWT kepada makhlukNya.

Wujud syukur kita, tidak cukup hanya mengucap Alhamdulillah semata, namun bagaimana menggunakan karunia Allah SWT itu untuk meningkatkan kualitas ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah Sang Maha Pemberi Rizki.

Bersyukur atas nikmatnya bukan saja sekedar mengakuinya dalam hati tetapi mengamalkannya dalam bentuk usaha yang optimal.

Keep Istiqamah n Smile

Postingan by De InVitori Imam

Jumat, 16 Oktober 2009

Menjaga Hati


Saudaraku... ada mata indera, ada pula mata hati.
Mata indera bisa melihat apa yang diberikan cahaya oleh Allah, yaitu segala sesuatu yang bisa terlihat oleh mata. Nur (cahaya) yang memancar ke panca inderamu adalah berasal dari ciptaan Allah. Sedangkan mata hati dapat melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh pandangan mata. Nur (cahaya) yang tersimpan dalam hati datang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban, yang berasal dari sifat-sifat Allah.

Orang yang hatinya diberi cahaya oleh Allah ketika melihat sesuatu, hatinya pun ikut melihat keagungan Allah.
Kalau hati tertutup, maka dunia ini menakutkan. Melihat uang akan takut tidak mendapatkan bagian. Akan tetapi ketika sudah dapat justru takut hilang.
Lihatlah para koruptor yang mencuri uang rakyat. Kalau memang mempunyai iman, mengapa harus licik? rezeki sudah ada sebelum kita dilahirkan, tetapi mereka memilih rezeki yang tidak halal.

Apa yang harus dilakukan untuk menjaga hati?
Berikut langkah-langkahnya:

Pertama, adalah dengan cara menghindari maksiat,. Mengapa? Maksiat itu menutup hati. Jika terlanjur berbuat maksiat di masa lalu, bertaubatlah dengan cara menyesalinya, memohon ampunan kepada Allah Swt dan menjauhi apa yang menjadi jalan maksiat.

Kedua, perbanyaklah membaca Al-Quran karena akan menghidupkan hati.

Ketiga, perbanyaklah menuntut ilmu. Ilmu bisa membuat kita semakin tahu apa yang akan kita kerjakan. Ilmu juga akan memperkuat motivasi. Mengapa? Kalau kita tidak tahu ilmu untuk apa kita hidup, maka tidak akan mempunyai motivasi. Ilmu bisa kita dapatkan tidak hanya waktu di sekolah saja, tapi juga bisa kita belajar dari alam sekitar yang merupakan ilmu kehidupan.

Terakhir, carilah lingkungan yang baik. Ibaratnya, bergaul dengan pedagang minyak wangi akan terbawa harum; bergaul dengan pedagang ikan akan terbawa bau amisnya.
Bergaul dengan ahli mesum menjadi mesun, bergaul dengan ahli Tahajjud menjadi Tahajjud.

Marilah kita rasakan apa pun yang kita raba dengan indera, akan membuat kita mengenal hikmah di balik setiap kejadian yang ada. Hati-hatilah menjaga diri! Suatu bencana tidak pernah menimpa, kecuali itu adalah hasil perbuatan kita sendiri.

Sumber MQS Publishing

Posting by De InVitori Imam

Kamis, 15 Oktober 2009

Mengendalikan Emosi


Emosi yang tak terkendali akan merugikan diri sendiri. Selain menyebabkan energi Anda terkuras habis, Anda akan di-cap tidak kuat mental dan tidak dewasa. Makanya, jika Anda digelayuti berbagai masalah, cobalah jangan hanyut dalam emosi, kendalikan diri. Lebih baik Anda coba tenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam, dan berpikirlah lebih rileks! memang tidak mudah, tapi kalau pandai mengelola dan mengendalikan emosi, Anda akan merasakan manfaatnya.

Apa saja manfaatnya?
Orang-orang yang terlatih mengendalikan emosi umumnya tidak pernah panik dalam menghadapi situasi apapun. Hal ini tentu cukup mempengaruhi kualitas kerja Anda. Orang-orang yang mampu mengendalikan emosi, umumnya bisa menjaga kualitas kerjanya dengan baik pula. Sebaliknya, jika Anda bekerja dalam keadaan emosi yang tidak stabil, membuka peluang besar untuk melakukan kesalahan fatal.

Emosi yang terkendali dengan baik, dapat meningkatkan rasa percaya diri Anda. Dengan emosi yang terjaga, Anda lebih mudah melakukan tugas apapun lebih baik. Dengan demikian Anda yakin apapun yang akan Anda hadapi dapat Anda selesaikan semaksimal mungkin.

Hal yang sangat menguntungkan, jika Anda pandai mengelola dan mengendalikan emosi, Anda akan lebih sehat baik fisik maupun mental.

Dengan segala keuntungan mengendalikan emosi, otomatis akan melancarkan segala aktivitas Anda. Baik aktivitas pribadi maupun karir.

Marilah kita untuk berusaha belajar mengendalikan emosi...

Sukses Selalu... ^_^

Posting by Mahabbah Qolbu

Sabtu, 10 Oktober 2009

Belajar Dari Wajah

Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah istri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka cari tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan

Marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari.

Postingan by De InVitori PanDu
Image Hosted by ImageShack.us

MT